Kepala BPMA dan Pj Bupati Aceh Singkil Bahas Soal Peluang dan Tantangan Wilayah Kerja OSWA
BANDA ACEH – Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), Teuku Mohamad Faisal dan Pj Bupati Aceh Singkil, Marthunis berdiskusi tentang peluang dan tantangan Wilayah Kerja Offshore South Western Aceh (OSWA) di Kantor BPMA, Banda Aceh, Senin (9/1/2023). Dalam diskusi tersebut, Kepala BPMA didampingi oleh Wakil Kepala BPMA, Muhammad Najib, Deputi Perencanaan, Muhammad Mulyawan, Deputi Operasi, Edy Kurniawan dan Kepala Divisi Eksplorasi dan Eksploitasi, Ibnu Hafizh.
Kegiatan diskusi ini merupakan bagian dari kunjungan Pj Bupati Aceh Singkil dalam mendapatkan informasi yang utuh dan akurat terkait proses bisnis hulu migas mulai dari tahapan pra eksplorasi, eksplorasi, pengembangan, eksploitasi hingga restorasi. Dalam kesempatan yang sama, dia pun secara optimis menyampaikan dukungan penuh atas kegiatan eksplorasi di wilayah tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPMA, Teuku Mohamad Faisal mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi dukungan yang sangat positif dari Pemerintah daerah Aceh Singkil untuk kegiatan hulu migas di Wilayah Kerja OSWA.
Faisal menyebutkan salah satu dukungan yang sangat dibutuhkan adalah dalam mendukung Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), OSWA Pte. Ltd. agar dapat segera melaksanakan komitmen kerja pastinya dalam jangka waktu 1 hingga 3 tahun.
Komitmen Kerja Pasti ini sangat diperlukan untuk melakukan pencarian dan membuktikan potensi sumber daya alam migas di daerah tersebut.
Untuk diketahui, Penandatanganan Kontrak Kerja Sama antara BPMA dengan Perusahaan, Conrad untuk dua blok di Aceh bagian barat selatan ini merupakan sejarah baru. Hal ini dikarenakan kurangnya minat investor untuk blok yang berada di cekungan busur depan (forearc basin). Blok di Wilayah Forearc basin yang berada di offshore Aceh bagian barat selatan dikenal memiliki resiko yang tinggi.
Salah satu resikonya adalah dari proses pembentukan hydrocarbon yang membutuhkan thermal maturation yang tinggi. Di Sibolga Basin (forearc) memiliki low geothermal gradient (1.8 celcius/100m) sehingga akan lebih sulit dalam proses pembentukkan hydrocarbon dibandingkan di North Sumatera Basin (backarc basin) yang mencapai 2.8 celcius/100m . Walaupun demikian, terdapat potensi dari sisi batuan penyusun reservoir berupa buildup limestone pada usia early-middle miocene. Sumur Bubon-1 dan Meulaboh-1 memberikan indikasi kualitas reservoir yang baik dengan porosity berkisar 14-28 %.
Faisal pun menyebutkan dikarenakan lokasi berada di laut maka resiko biaya juga lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan di darat. Selanjutnya, apabila nantinya ditemukan sumber gas, maka tantangan berikutnya adalah strategi pengembangan lapangan dan komersialitas kawasan.
Diperlukan industri yang cukup besar untuk menyerap gas tersebut sehingga keekonomian dari blok tersebut menjadi lebih menarik. Dibutuhkan waktu 5 hingga 10 tahun untuk memastikan cadangan yang terkandung di dalamnya. Oleh karenanya, dukungan dari stakeholder sangat diperlukan dalam proses pencarian (eksplorasi) ini.